Jatuh yang Paling Ku Kenang
Oleh Raihanny Andrea Zahra 7E
Ketika aku masih TK A, aku pindah ke rumah baruku, yang hingga saat ini kami sekeluarga tempati. Rumah itu dirancang oleh tanteku yang seorang arsitek. Carportnya terbuat dari semen dan dibentuk kotak-kotak, dan di sela-selanya diberi rumput. Cantik memang, konon ibuku melihat desain tersebut dari salah satu majalah arsitektur.
Suatu sore, aku sedang bermain bersama adikku, juga ditemani pembantuku di teras dekat carport itu, kakekku saat itu ada di dalam rumah. Lalu adikuu sedang bermain locat-loncatan dari teras ke carport, aku juga ingin mencoba, tapi saat aku lompat, aku tersandung dan dahiku mengenai carport dengan keras, aku tidak begitu ingat apa yang terjadi setelah jatuh, tapi aku ingat kalau aku dirangkul oleh pembantuku, sambil menangis kesakitan, aku bilang ke pembantuku, “ Mba…aku gak mau mati..” beberapa kali, dan tiba-tiba kakekku dating dan menggendongku ke kamar. Akibat jatuh itu, aku jadi punya benjol yang besar sekali, mungkin diameternya sebesar telur ayam. Pembantuku yang satu lagi, membuat beras kencur untuk mengompres benjolku itu. Hari semakin malam, aku sudah lumayan berhenti mengangisnya, lalu aku melihat wajahku di cermin, aku hamper tidak percaya kalau aku bisa punya benjol sebesar itu, tiba-tiba adikku masuk ke kamar dimana aku sedang bercermin, dia seperti merasa aneh melihat benjolku yang besar ini, dan adikku menyentuh benjolku yang amat sakit itu. Aku kembali mengangis. Untunglah setelah beberapa hari kemudian benjolnya mengempis, tapi kata ibuku di bagian pipiku, terlihat warna kebiruan yang makin lama makin turun ke bawah, dan akhirnya menghilang.
Setelah kejadian itu, ibuku mulai memikirkan untuk mengganti carport dengan model yang lebih aman bagi anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar